Langsung ke konten utama

Kapankah Waktu Qailullah (Tidur Siang) itu?

Manjanik(dot)net – Afwan mau tanya ustadz, yang di maksud tidur siang  atau yang biasa disebut Qailullah itu sebenarnya waktunya kapan ya..? Ini ada yang berpendapat sebelum Dzuhur, dan ada yang berpendapat setelah Dzuhur.. Mohon penjelasannya disertai hujahnya yaa.. [Hamba Allah di Surabaya via WA]

Jawaban Ustadz Qutaibah [Pengampu Rubrik Islamiyyah Manjanik]
Alhamdulillahi robbil-‘aalamin.. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada manusia pilihan dan teladan seluruh manusia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang betul terdapat ikhtilaf ulama dalam menafsirkan waktu Qailullah, apakah sebelum Dzuhur atau sesudah Dzuhur atau keduanya.

Imam Syarbini rahimahullah berkata,

هي النوم قبل الزوال

“Tidur sebelum zawal (waktu Dzuhur).”

Al-Munawi rahimahullah berkata,

القيلولة: النوم وسط النهار عند الزوال وما قاربه من قبل أو بعد

“Qailullah adalah tidur di pertengahan siang ketika zawal atau mendekati waktu zawal sebelum atau sesudahnya.”

Al-Badri Al-Aini berkata,

القيلولة معناها النوم في الظهيرة

“Qailullah maknanya: tidur di waktu Dzuhur (petengahan siang).”

Dan yang rajih adalah Qailullah itu waktunya setelah zawal (Dzuhur) sebagaimana hadits,

عن سهل بن سعد رضي الله عنه قال: ما كنا نقيل ولا نتغذى إلا بعد الجمعة في عهد النبي صلى الله عليه وسلم. واللفظ لمسلم.

Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Kami (dahulunya) tidaklah melakukan Qailullah dan makan kecuali setelah shalat Jum’at di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Mutafaqun ‘Alaih)

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,

كَانُوا يُجَمِّعُوْنَ ثُمَّ يَقِيْلُوْنَ

“Mereka (para sahabat) dulu biasa melaksanakan shalat Jum’at, kemudian istirahat siang (Qailullah).” (HR. Bukhari)

Akan tetapi ada ulama’ yang menjelaskan bahwa hadist diatas adalah kebiasaan para shahabat ketika hari Jum’at. Adapun selain hari Jum’at, para shahabat sering melakukan Qailullah sebelum zawal (Dzuhur).

Intinya semua keterangan tentang waktu Qailullah antara yang mengatakan sebelum atau sesudah zawal adalah shohih. Sedangkan ini hanya ikhtilaf para ulama’ saja dalam memahami hadist. Jadi Qailullah itu dilakukan boleh sebelum Dzuhur atau setelahnya dan yang membedakan adalah niat dalam rangka mengamalkan sunnah… Wallahu A’lam…

Postingan populer dari blog ini

Alur dan Biaya Perpanjangan sim wilayah deli serdang

Mungkin info berikut bisa berguna bagi khalayak semua.. Khalayak punya SIM? Surat Ijin Mengemudi loh.. yang bentuknya kartu tapi namanya surat.. beda sama kartu keluarga, bentuknya surat tapi namanya kartu.. weh gak penting banget, wkwkwkwk.. Nah yang perlu diperhatikan adalah bahwa perpanjangan SIM jangan sampai kelewat masa berlakunya karena akan memyebabkan khalayak harus mengambil SIM BARU lagi alias tidak bisa diperpanjang yang artinya khalayak harus ikut ujian tertulis, ujian praktik dan biaya yang lebih banyak daripada biaya perpanjangan SIM. Lalu berapakah biaya perpanjangan SIM? sabar.. Sebelum kesana ada berkas-berkas yang harus khalayak siapkan, apa saja?  simak yang berikut ini : Photokopi KTP 1 lembar KTP asli 1 lembar photokopi SIM 1 lembar SIM asli 1 lembar Map 1 unit Uang asli beberapa lembar  Angkutan, bisa motor, angkot, becak, mobil, sepasang kaki.. terserah yang penting jangan helikopter, pesawat sama kereta api ataupun kapal laut karena gak

Kalau Anda Tahu Sejarah GELAR HAJI, Itu Warisan Penjajah Belanda, Karena TAKUT Pada Orang Yang Baru Pulang Dari SAUDI

“SEJARAH GELAR HAJI DI INDONESIA” berhaji-ke-mekahTahukah anda bahwa gelar tambahan “HAJI” itu hanya terjadi di Indonesia ??? Di Arab Saudi maupun negara belahan dunia manapun ketika seseorang pulang menunaikan ibadah Haji tidak ada yang menambahkan gelar tersebut di depan nama mereka. Bahkan kita tidak pernah memanggil Rosulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan gelar “Haji Muhammad” atau kepada sahabat-sahabat Rasulullah dengan sebutan “Haji Abubakar Ash-Shiddiq”, “Haji Umar bin Khath-thab”, “Haji Utsman bin Affan” maupun “Haji Ali bin Abi Thalib”. Lalu bagaimana sejarahnya gelar “HAJI” itu bisa muncul di Indonesia…? Pada zaman pendudukan Belanda, banyak pahlawan Indonesia yang menunaikan ibadah Haji (seperti Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto, Ki Hajar Dewantara dll.) dan kepulangan mereka dari ibadah Haji banyak membawa perubahan untuk Indonesia, tentunya perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini merisaukan pihak penjajah Belanda. Maka salah